Lagi-lagi, ini mengenai karya klasik dari Russia. Setelah tergila-gila dengan Alexander Pushkin dan mulai membaca karyanya-hanya, saya mulai melirik saudara sebangsanya Leo Tolstoy. Jujur ya, meskipun namanya sudah tahu semenjak dulu, saya baru mulai baca karyanya sekarang-sekarang ini. Lalu, ternyata saya menemukan bahwa hampir di setiap judul ceritanya mengandung pesan moral dan kemanusiaan yang dirangkai dengan sangat indah. Kadang terasa sadis, tetapi mengena. Leo Tolstoy menjadi sosok pengarang yangΒ religiusitasnya tinggi. Karya-karyanya menginspirasi Mahatma Gandhi, yakni bagaimana caranya agar tetap dapat melakukan perlawanan meski tanpa menggunakan kekerasan.
Sebelumnya, saya pernah membaca salah satu bukunya di seri Anne Karenina. Tetapi itu dulu sekali, sewaktu boleh numpang baca di toko buku sampai selesai -__-Β Saya lupa dengan sensasinya. Saya baru kembali merasakan sensasi membaca karya Tolstoy setelah membaca kumpulan cerita pendeknya Leo Tolstoy. Buku ini benar-benar membuat saya selalu merasa tersentuh dan terharu.
Judul :Tuhan Maha Tahu, tapi Ia Menunggu:Kumpulan Cerita Leo Tolstoy PengarangΒ Β :Leo Tolstoy penerjemah : Anton Kurnia Penerbit : Jala Sutra Cetakan : 2011 Halaman : xvi+398 Ukuran : 12 x 19 cm
Selalu ada suatu peringatan di dalam cerita-cerita pendeknya. Berisi 11 cerita, yakni Ilyas, Sebutir gandum dari Tanah Tuhan, Setelah Pesta Dansa, Alyosha, Tuhan Maha Tahu, tapi Dia Menunggu, Berapa Luaskah Tanah yang diperlukan Seseorang?, Tujuh Belas tahun Kemudian, Ziarah, Kebahagiaan Keluarga, Tuhan dan manusia, Matinya Ivan Ilyich.
Ingin tahu garis besar dari masing-masing cerpennya? π Oke, sedikitnya saya akan berusaha menceritakannya tanpa akan mengurangi sensasi menyenangkan Anda ketika punya kesempatan membaca buku ini suatu hari kelak. Saya akan menceritakannya dalam dua babak artikel yang saya publikasikan secara berkala. Butuh waktu tidak sedikit untuk mengingat-ingat lagi ceritanya.
Kumpulan cerita pendek ini dibuka dengan kisah petani bernama Ilyas. Hidup dari sedikit warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Namun, Ilyas adalah seorang yang pekerja keras. Tolstoy menyoroti kehidupan Ilyas yang sederhana hingga menjadi orang yang sukses. Sebuah kejutan menanti di akhir kisah ketika Ilyas akhirnya menjadi jatuh miskin. Roda kehidupannya kembali diputar oleh yang kuasa. Apa yang Ilyas rasakan dan pahami, jalan pikirannya diterangkan oleh Tolstoy hingga membuat kita yang membaca terharu.
yang kedua ialah Sebutir Gandum dari Tanah Tuhan, yakni sebuah kisah seorang Tsar yang penasaran dengan sebutir gandum yang bentuknya aneh. Ia pun memanggil para petani gandum untuk memastikan, benarkah benda yang dicurigainya sebagai gandum itu memang gandum? Tetapi bentuknya seperti telur. Rasa penasarannya memintanya untuk menemui para petai gandum, mulai dari yang paling lanjut usia karena mereka dinilai lebih berpengalaman dibandingkan dengan petani-petani gandum yang masih muda. Yang menarik, Tolstoy menggambarkan bahwa semakin muda usia petani, justru semakin renta. Sebaliknya, semakin lanjut usianya, petani gandum yang dipanggil oleh Tsar justru semakin sehat dan berbadan kuat. Di sini, Tolstoy menganalogikan bagaimana manusia, semakin hari semakin tidak jujur dan edan, menunjukkan perilaku manusia yang semakin hari semakin menjauhi Tuhan.
Setelah Pesta Dansa, hidup manusia memang tidak bisa ditebak. Setidaknya, seorang kakek Tua yang miskin merasa sangat beruntung karena dapat memutuskan hal yang penting di saat-saat yang sulit. Ia dulu menjadi pemuda gagah yang sedang jatuh cinta dengan gadis tercantik di kotanya, putri seorang kolonel yang kaya raya. Yang membahagiakan, tampaknya sang kolonel menyetujui hubungannya dengan putrinya. Namun, hidup memang tidak dapat ditebak. Dengan sulit, ia meninggalkan gadis itu setelah menyadari siapa sebenarnya ayahnya. Saya terharu sekali membaca cerita ini. Oh, oke, saya terharu sekali dengan semua cerita pendek yang ditulis oleh Tolstoy pada buku ini :’)
Alyosha, seorang kampungan. Ia sering di-bully oleh orang-orang di sekitarnya hanya karena ia terlihat tak menarik. Namun baginya, jika selama hidup ia bekerja keras dan tak pernah menyakiti siapapun, maka selamanya kehidupannya di atas kelak akan baik-baik saja. Hidupnya dipenuhi dengan perjuangan yang keras, yang hanya orang berhati bersih yang mampu menjalaninya dengan tetap sabar hingga di akhir usianya.
Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu. Memang semua cerita di sini isinya mengharukan. Seorang pemuda baik-baik difitnah melakukan pembunuhan hingga membuatnya harus dipenjara puluhan tahun. Ia baru mengetahui siapa yang memfitnahnya di senja usianya. DI sini, kita melihat bagaimana Tuhan akhirnya membalas pria si pemfitnah. Namun, siapa yang tahu jika justru ‘karma’nya dibalas hingga siapapun yang membacanya bukannya senang karena akhirnya kejahatan terbalas, tetapi justru terharu. *Duh, haru lagi*
Kisah seorang petani miskin yang menantang Tuhan membuat setan tergelitik untuk menggodanya. Berapa Luaskah Tanah yang Diperlukan Seseorang? Si petani miskin ini selalu merasa hidup sebagai petani adalah hal yang lebih baik dibandingka dengan kehidupan di kota yang isinya hanya keserakahan, kurang lebih seperti itu penggambarannya. Suatu hari, ia diuji dengan kekayaannya yang semakin hari-semakin melimpah. Apakah ia dapat mempertahankan ucapannya? Lagi, ini sebuah cerita yang dapat mengingatkan kita makna dunia yang sebenarnya bukan untuk dikuasai, tetapi disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Jika ada yang ingin membaca, namun tak menemukannya di rak-rak toko buku di sekitar Anda tinggal. Bisa dicari versi ebooknya. Walaupun masih berbahasa Inggris. Aku harus membaca beberapa cerpennya sekali lagi untuk mereview buku mengharukan ini :’) lima cerita sisanya akan segera saya publikasikan, besertaΒ download link-nya akan saya cari. Rasanya dulu pernah menemukannya.
Selamat membaca, ya, semoga jadi tertarik membacanya. cheers..
Leave a Reply