Selalu saja, setiap kali sedang bepergian jauh, saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk begitu saja tanpa menonton film yang disediakan di pesawat. Seperti contohnya film ini, duh, ada pengalaman tersendiri selama saya menonton.
Meskipun bukan mengaku penyuka drama Korea, terakhir memperhatikan isinya biasanya intinya tentang cinta segi empat dua orang pria dan wanita, saya sangat menggemari film-film keluarga yang salah satunya berjudul ini. Tetapi, karena bermaksud untuk tidak larut menonton, saya memutuskan untuk tidak memakai headset sehingga selama perjalanan pesawat, yang saya tonton cuma tulisan terjemahan film.
Lee Yong-Guu adalah seorang pria dengan tingkat intelegensi anak berusia 6 tahun, yang di saat bersamaan, memiliki anak perempuan bernama Ye-Sung yang juga berusia 6 tahun. Berbeda dengan ayahnya, Ye Sung adalah gadis kecil yang cukup lebih pintar dibandingkan teman-teman sebayanya. Kisah dibuka ketika Ye-Sung ingin memiliki tas bergambar sailor moon. Karena pekerjaan ayahnya yang hanya sebagai petugas parkir di sebuah supermarket, sambil menabung setiap hari mereka berdua hanya bisa datang ke toko untuk melihat tas. Suatu hari, tas yang ingin dimiliki olehYe-Sung dibeli oleh orang lain, yang kebetulan juga adalah anak dari komisaris Polisi. Sang anak komisaris, karena merasa kasihan, keesokannya mendatangi ayah Ye-Sung dan mengatakan di mana ia bisa membeli tas yang sama untuk anaknya. Seting cerita selanjutnya mengarah pada sang anak komisaris yang tiba-tiba meninggal. Saat mencoba untuk menyelamatkan sang gadis kecil, seeorang melihat Lee Yong-Guu dan menyangka bahwa ia telah memperkosa dan membunuh gadis kecil itu. Ye Sung pun dikirim ke semacam panti asuhan sementara ayahnya dijebloskan di penjara dengan pengamanan paling ketat. Bertahun-tahun setelahnya, Ye-Sung berdiri di persidangan sebagai pengacara, berusaha untuk meyakinkan bahwa ayahnya sama sekali bebas dari tindakan kriminal yang keji tersebut. Ya, cerita ini memang menyedihkan, dan ya, ini cerita komedi.
Saat menonton film ini, saya sudah terpikat dengan hubungan yang menyenangkan antara ayah dan anak ini. Dengan tingkat kecerdasan yang rendah ayahnya, jadi tidak aneh melihat ayahnya yang senang sengaja melakukan hal-hal konyol untuk menyenangkan anaknya. Saat ayahnya di masukkan di sel nomor 7, awalnya ia memperoleh salam selamat datang yang dingin. Namun karena kebaikan hatinya, ia menyelamatkan nyawa sang pemimpin sel. Suatu hari, sang pemimpin, Yang-Ho (Oh Dal-Su) yang merasa berhutang nyawa berniat akan mengabulkan segala hal yang diminta oleh Lee Yong-Guu. Apapun. Bersama para penghuni lainnya, Chun-ho si kutu buku (Park Won-sang), si kakek penipu Seo (Kim Ki-cheon), preman Bong-shik yang ternyata sensitif (Jung Man-shik), Man-beom yang flamboyan (Kim Jung-tae), maka dimulailah masa-masa penyelundupan Ye-Sung yang sering dibumbui dengan komedi-komedi komikal ala Jepang, baik dari segi dialog maupun tingkah laku.
Menonton film ini, orang pun secara tidak langsung akan diantar pada suat bentuk ketidakadilan yang sebenarnya banyak terjadi di dunia nyata. Bagaimana sosok orang yang memiliki posisi penting bisa dengan begitu saja menjatuhkan orang-orang tak berdaya demi menyelamatkan kepentingannya. Isu ketidakadilan ini, terutama yang terjadi dalam proses penegakakkan hukum, sempat membuat saya yang tiba-tiba dilintasi pikiran tentang situasi di Indonesia. Lalu walaupun saya hanya menonton gambar dan text terjemahannya, saya cukup sering terbawa suasana sedih saat menonton ini. Di negara asalnya, film ini pun meraih sukses dengan menjadi salah satu film dengan pendapatan tertinggi. Jadi bagaimanapun, saat kalian sedang bosan dan tak tahu ingin melakukan apa, maka boleh lah untuk duduk menonton film ini sambil minum teh dan makan cemilan.
Leave a Reply