#17 A Monster Calls

3 minutes

Judul: A Monster Calls
Penulis: Patrick Ness and Sioban Dowd (Conceptor)
Penerbir: Candlewick
Tahun Cetak: Mei, 2011
Jenis: Ebook
Halaman: 215 Halaman
ISBN: 1406311529
Rating: 4/5

Stories are important, the monster said. They can be more important than anything. If they carry the truth.

Conor O’Malley, seorang anak berusia 13 tahun, terus mengalami mimpi buruk semenjak ibunya mulai melakukan pengobatan rutin demi menyembuhkan penyakitnya. Pada suatu malam, Conor terbangun dari tidurnya serta mendapati ada monster yang datang dari halaman rumahnya. Monster tersebut mengambil bentuk pohon Yew. Awalnya, Conor mengira jika monster yang mendatanginya hanyalah bagian dari mimpi-mimpi buruknya. Nyatanya, monster tersebut selalu hadir secara misterius serta meninggalkan beberapa bukti-bukti ‘keberadaannya’ pada Conor. Monster datang ‘berjalan’ menghampirinya, menceritakan tiga buah cerita yang mana ritual bercerita tersebut harus ditutup oleh cerita keempat Conor yang berupa kebenaran.

A monster calls

Monster di dalam buku ini bukan monster yang sering diceritakan para orang tua, bahkan bukan yang sekedar untuk ‘menakut-nakuti’ anak-anak mereka. Monster digambarkan mirip dengan pohon Yew yang dapat berjalan.  Di beberapa mitos, pohon Yew dianggap sebagai pohon sakral yang memiliki makna lain seperti keabadian. Karena usianya yang abadi, ia sering juga dikaitkan dengan makna kebijaksanaan.

Di dalam cerita ini, monster datang karena Conor memanggilnya. Alam bawah sadar Conor membutuhkannya. Kehadiran Monster digambarkan secara fantastis, namun bisa jadi ia sebenarnya adalah bentuk dari kebenaran yang ingin diungkapkan manusia. Monster menuntut Conor untuk menceritakan kebenaran di dalam dirinya, kebenaran yang selama ini ia tampis karena merasa kebenaran tersebut jahat dan tidak masuk di akal.

In between good and bad

There is not always a good guy, nor is there always the bad one

Selesai membaca buku ini, saya hanya bisa menghela nafas berat. Buku ini cukup berhasil menguras emosi sepanjang saya membacanya. Tidak ada hal membahagiakan di dalam buku ini bukan berarti buku ini tidak bagus. A Monster Calls sempat menjadi buku favorit saya karena ceritanya yang mengharu biru, penuh misteri, dan tidak dapat ditebak. Patrick Ness mengambil ide cerita yang dibuat oleh Siobhan Dowd yang belum sempat diselesaikan karena si empunya ide terlanjur meninggal akibat kanker. Seorang teman yang pernah membaca tulisan Patrick Ness sebelumnya bilang jika cerita-cerita yang dibuat oleh beliau memang sering kali menguras emosi.

Secara umum, buku ini menceritakan soal perjalanan Conor untuk menerima kenyataan yang sedang dihadapinya. Kita sering dihadapi situasi sulit, yakni ketika kita mengetahui apa yang sedang kita alami, namun menolak untuk mengakuinya. Alih-alih mengakui, kita sering mengaitkannya dengan situasi-situasi tertentu sebagai bentuk pembenaran. Pembaca akan diajak berjalan-jalan ke dunia dongeng yang diciptakan oleh ‘Monster’. Harus diakui, cerita di dalam buku ini memang sangat kelam. Namun, Patrick Ness rupanya lihai menjadikan buku ini tetap indah dan sarat makna untuk dinikmati. Secara genre buku ini memang lebih ditujukkan untuk anak-anak dan remaja. Setelah membaca buku ini anak-anak akan belajar bagaimana menghadapi sebuah kenyataan.  Menarik makna positif dari cerita, tidak ada salahnya orang dewasa untuk ikut membacanya karena kenyataannya masih banyak orang dewasa yang bersikap kekanakan dengan susah move on di dalam hidupnya. Well, mengenai berhasil atau tidaknya menerima kenyataan hidup mungkin tidak akan instan, tetapi membaca buku ini akan lebih menambah empati yang membacanya.

FEATURED IMAGE BY MICHAEL WEIDNER FROM UNSPLASH

Advertisement

Related Posts

Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: