#24 Factfulness

3 minutes

51tvugRSHKL._SX322_BO1,204,203,200_

Judul: Factfulness: Ten Reasons We’re wrong about the world – and why things are better than you think
Penulis : Hans Rosling
Penerbit : Sceptre
Cetakan : 2018
Tebal : 297 halaman

Pertama kali mengenal Hans Rosling ialah ketika saya membaca halaman The Guardian yang berada di bawah rubrik Informations are beautiful, sebuah rubrik visualisasi data yang belakangan setelahnya baru saya ketahui digarap bersama Gap Minder, yakni sebuah alat(tools) untuk memvisualisasikan data statistik menjadi lebih berwarna dan mudah untuk dipahami.

Premis dari buku ini berawal dari kesalahpahaman orang-orang mengenai dunia serta bagaimana Hans Rosling berusaha menjawab kesalahpahaman-kesalahpahaman, yang di sini disebut sebagai mitos, tersebut melalui fakta statistik. Yang menjadi masalah ialah, kebanyakan dari kita, termasuk di dalamnya para ahli, memiliki pandangan yang sangat salah terhadap dunia, jika dibandingkan satu sama lain dari data statistik.  Sebagai sebuah perbandingan, jika secara statistik negara berkembang dan negara maju ditampilkan, maka yang akan terlihat ialah seperti ilustrasi berikut, yakni Tren Jumlah Anak yang dilahirkan per Wanita dan Anak yang Bertahan Hidup (trend for number of children per women and surviving child). 

Gambar 1. trend for number of children per women and surviving child in 1965 and 2018

Jika dilihat dari ilustrasi grafik di atas, angka kematian bayi pada tahun 1965 begitu tinggi terjadi di negara-negara berkembang, namun kini di tahun 2018, angka kematian bayi menurun sangat drastis dibandingkan dengan data sebelumnya yang dikumpulkan pada tahun 1965. Dari grafik ini terlihat bahwa anggapan bahwa angka kematian bayi yang tinggi rupanya tetap menjadi berkurang dibandingkan apa yang kita selama ini anggap selalu tinggi dan tidak ada perbaikan.

Kerangka pikir lain yang saya anggap salah satu yang paling menarik berikutnya ialah bagaimana Hans Rosling, berdasarkan besar penghasilan, membagi negara menjadi empat kelompok, ketimbang membaginya menjadi negara miskin (poor countries) dan negara kaya (rich countries).

Gambar 2. Empat grup negara berdasarkan penghasilan per kapita

Berdasarkan kerangka pikir yang ditetapkan oleh Hans Rosling, dapat dikatakan jika satu miliar orang di Level 1 menghasilkan $ 0– $ 2 / hari. Tiga miliar orang di Level 2 menghasilkan $ 2– $ 8 / hari. Dua miliar orang di Level 3 menghasilkan $ 8– $ 32 / hari. Dan satu miliar orang di Level 4 menghasilkan lebih dari $ 32 / hari.  Jika kita lebih mengacu pada data mengenai tingkat kemiskinan berdasarkan kerangka pikir jika negara-negara dibagi menjadi dua kelompok besar negara berkembang dan negara maju, maka grafik yang akan terlihat ialah seperti berikut.

Gambar 3. Jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak

Sementara itu, jika kita melihat angka kemiskinan dibandingkan dengan kerangka empat kelompok yang diajukan oleh Hans Rosling, maka yang akan terlihat ialah sebagai berikut.

Gambar 4. Membandingkan angka kemiskinan penduduk dunia pada tahun 1821 dan 2015

Jika dilihat dari perbandingannya, maka pengelompokkan yang dilakukan Hans Rosling dapat dikatakan lebih mendetail dibandingkan dengan data dengan pengelompokkan hanya dua kelompok. Di dalam bukunya, Hans Rosling mengatakan jika,

…Human history started with everyone on Level 1. For more than 100,000 years nobody made it up the levels and most children didn’t survive to become parents. Just 200 years ago, 85 percent of the world population was still on Level 1, in extreme poverty… It’s where the majority always lived, until 1966. Until then, extreme poverty was the rule, not the exception.

Bagaimanapun, saya seorang yang cukup analitis, jadi saya jarang menyimpulkan secara ekstrem suatu fenomena sebelum saya menganalisisnya terlebih dahulu secara sadar ataupun tidak. Tapi tetap saja, ketika ditanyai sebagian besar pertanyaan-pertanyaan umum yang ditulis di dalam buku ini, saya rupanya juga menjawab sebagian besar pertanyaan berbasis fakta tersebut dengan salah. Setelah membaca buku ini, saya merasa jika saya bisa menggunakan metode ini untuk memahami kekuatan dari akumulasi pebaikan-perbaikan yang meskipun skalanya kecil, jika dilakukan secara konsisten terus-menerus, maka akan memiliki dampak signifikan pada jangka panjang. Saya juga belajar bagaimana melakukan filter cerita-cerita yang menutupi fakta dari beberapa sumber menarik yang Hans Rosling juga sertakan jikalau pembaca seperti saya tertarik untuk mencari fakta yang lebih mendalam.

Sumber:

GAP MINDER ON DATA VISUALIZATION OF INCOME LEVEL

WORLD POPULATION LIVING IN POVERTY

FEATURED PHOTO BY ALEXANDER SCHIMMECK FROM UNSPLASH

Advertisement

Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: