Dear readers,
Beberapa waktu lalu saya sempat membaca buku filsafat, yang salah satunya membahas mengenai kebahagiaan. Sebelum memulai pembahasan mengenai kebahagiaan, dibahas terlebih dahulu mengenai karakter-karakter dalam kehidupan.
Karakter hidup itu sejatinya berubah dengan durasi sementara. Jadi, bersikaplah santai dan fleksibel. Manusia tidak mungkin dapat mengontrol kehidupan, tetapi bagaimana manusia memandang hidup masih dapat dikontrol.
Pemahaman manusia sifatnya adalah abu-abu, yakni pemahaman akan kebenaran dan kebaikan yang kita pahami hanya sebatas kemampuan kita.
Tubuh manusia sifatnya melemah. Seiring dengan berjalannya waktu, akan semakin melemah tubuh yang kita miliki. Jika manusia berpikir tubuh ini akan selamanya membersamai kehidupannya, maka ia tidak akan siap menerima keadaan dan akan selalu kesulitan menjalani kehidupan.
Karakter utama jiwa seorang manusia adalah kebingungan. Jika seorang manusia tidak memiliki pegangan atau prinsip yang kuat, jiwa-jiwa itu akan selalu mudah dipengaruhi.
Takdir sifatnya ialah tidak dapat ditebak. Oleh karena itu, reputasi, kekayaan, pasangan, hingga akhir kehidupan pun tidak akan dapat ditebak. Meski suatu hari manusia diberi kelimpahan, tidak ada yang tahu kapan kelimpahan itu akan bertahan lama. Perputaran roda takdir tidak akan mundah untuk ditebak.
Hidup ini fisiknya terlihat seperti sungai. Jiwa manusia digambarkan bagai mimpi dan kabut. Pada akhirnya, manusia menghadapi hidup bagai berada di medan perang atau berada di sebuah perjalanan yang begitu jauh dari rumah. Takdir akan menjadi bekal, pemahaman akan menciptakan strategi, prinsip akan membantu dalam bersikap.
Manusia tidak pantas untuk sombong karena bagaimanapun, ia diciptakan dalam kondisi yang selemah-lemahnya. Meskipun demikian, lemah bukan berarti tidak dapat bahagia. Kebagiaan hidup bergantung pada kualitas pikiran. Sangat sedikit hal yang dibutuhkan untuk bisa bahagia karena semua kunci kebahagiaan itu ada di dalam diri sendiri.
Kebahagiaan untuk manusia yang ingin populer, akan sangat bergantung pada orang lain. Sandaran kebahagiaan yang diikat oleh suatu kesenangan atau reputasi juga tidak akan pernah membuat manusia bahagia. Karakter hidup yang berubah-ubah tidak dapat mempertahankan takdir yang sifatnya berubah-ubah dan tidak pernah diketahui ujungnya.
Jika bahagia hanya ketika sedang senang, maka kebahagiaan itu tidak akan pernah bertahan lama. Berbahagialah sebagaimana orang bijaksana memperoleh kebahagiaan mereka. Karena bahagia adalah kebebasan dari segala keterikatan. Kebahagiaan yang hanya ditemukan dari dalam diri.
Leave a Reply