40 tahun ekspedisi Puncak Jaya Mapala UI tahun 1972

4 minutes

24 Maret 2012, sebuah kesempatan mengantarkan saya untuk menghadiri acara yang tertera pada judul di atas. Ekspedisi puncak Jaya merupakan suatu ekspedisi pertama yang dilakukan oleh kelopok pecinta alam di Indonesia, yang mengawali dilakukannya pendakian Cartenz Pyramid (Puncak Jaya Wijaya).

Beberapa orang yang mengawalinya, yang pada malam itu hadir di acara peringatan ini ialah Herman Lantang, Sinarmas Djati, Henry, Hadijoyo, Iqbal, dan mbak Retno. Selain dihadiri oleh para pioneer, hadir Bang Maman Abdurakhman yang dulu menjadi salah satu saksi sejarah kepergian Soe Hok Gie di Semeru. Hadir juga para Mapala Luar Biasa (MLB) lainnya, yakni seperti Mbak nessy yang menjadi ketua pelaksana bersama suaminya, mbak Ita Budi, bang Ichen, Bang Eri, mbak Grace, mbak Yuyun, bang Alex, dan lain-lainnya (saking banyaknya saya harus mengingat-ingat kembali supaya tidak salah ketik).

Selain itu diundang pula Mahitala Unpar, yakni Hafizh Sufnir yang menjabat sebagai ketua Mahitala UNPAR, Janatan Ginting salah seorang summiter yang menyelesaikan ekspedisi 7 summit pada 2011 lalu, Audy Tanhati yakni seorang yang biasa menjadi pembicara ISSEMU, dia bukan termasuk ke dalam empat orang tim yang menaiki puncak, tetapi masuk ke dalam tim support/publikasi di Indonesia yang memantau pendakian (tidak aneh jika bahkan dia terlihat seakan-akan memang ikut pendakian sewaktu mempresentasikan ekspedisi ini), serta dua anggota Mahitala lain Prilli dan Edo. Prilli ini satu-satunya Mahitala perempuan yang hadir di acara ini, ia berkuliah di Fisip HI angkatan 2010, sedangkan Edokuliah di jurusan Manajemen angkatan 2010. Mereka hadir untuk menceritakan pengalaman mereka mendaki 7 puncak dunia di depan para toku/Mapala Luar biasa kawakan. Rasanya pasti bangga sekali!

para toku dan anggota mapala baru berfoto, oleh Bang Ichen

Berfoto seusai acara, foto ini diambil pada pagi di hari kedua. Tidak semua orang yang hadir masuk di dalam foto karena sudah ada banyak sekali yang pulang pada malam sebelumnya dan pagi harinya

Acaranya seru sekali. Kita mendengar bagaimana para senior Mapala terdahulu melakukan perjalanan mereka, dimulai saat persiapan hingga eksekusi di lapangan. Memang yang namanya ekspedisi tak ada yang main-main. Seluruhnya dilakukan dengan serius dan pantang menyerah.

Sekilas mengenai ekspedisi puncak Jaya ’72

Seperti yang sebelumnya telah saya jelaskan, ekspedisi puncak Jaya pada Februari 1972 ini merupakan ekspedisi pertama yang dilakukan oleh pemuda Indonesia ke pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya. berikut merupakan salah satu testimoni yang dibuat oleh pendaki senior Indonesia, Herman Lantang,

Saya sangat tersan ketika melakukan Pendakian yang pertama kepuncak Jaya, ini merupakan Ekspedisi pendobrak dan ekspedisi pertama Mapala UI ke Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya pada 1972. Pada waktu itu walaupun Rektor kami (Prof.Soemantri Brojonegoro) yang merangkap Menteri Pertambangan pada awalnya sempat khawatir, pasalnya beliau—yang pernah menyaksikan jajaran pegunungan Jaya wijaya dari helicopter—mengatakan betapa sukarnya gunung tsb didaki dan berisiko sangat tinggi. Tetapi karena kami berhasil meyakinkan beliau akhirnya kami diizinkan berangkat. Yang paling mengesankan buat saya adalah ketika perjalanan memasuki hari keempat. Dari tempat tsb kami dapat melihat dari kejauhan gumpalan salju pada Pegunungan Jaya wijaya. Spontan saya tidak dapat menahan cucuran air mata saya melihat hal tsb. Rasa haru dan bangga menyelimuti perasaaan kami semua. Apalagi ketika kami berhasil menggapai puncak yaitu : Puncak Jaya, Puncak Tengah (“Middle Peak”) dan Carstens Timur.
– dikutip dari Suplemen Petualang GEMA, 31 Oktober 1995
Talkshow semalam suntuk bersama Herman Lantang dan Sinarmas Djati
Karena merasa sayang dengan kesempatan ini, di suatu waktu Opa (panggilan kami pada Herman Lantang) diminta untuk menemani kami mengobrol tentang sedikit dari sekian banyak pengalamannya di masa muda. Awalnya, saya dan beberapa teman hanya ingin mengobrol sedikit hal berhubung saat itu waktu sudah menunjuk hampir tengah malam, namun ternyata perkiraan kami salah, beliau bahkan menantang kami untuk bertanya tentang hal apapun-katanya mumpung senior lainnya bang Sinarmas Djati, ada di sana.
Cerita dimulai tentang awal mula melakukan ekspedisi puncak Jaya, bahwa ekspedisi itu terbentuk tidak lepas dari kekompakkan mereka. Jika tidak kompak, ekspedisi itu tak akan dapat berhasil. Menurut beliau dan bang Sinar, sifat asli manusia akan terlihat ketika mereka sudah kelelahan. Kegiatan mendaki gunung jelas menjadi kegiatan yang menguras tenaga sehingga pada saat-saat itu, sosok-sosok asli teman mereka akan terlihat. Itulah yang menyebabkan para pecinta alam pada umumnya akan merasa dekat satu sama lain karena mereka telah melewati masa-masa tersulit (yakni kelelahan) bersama-sama.
Saat itu, saya bertanya mengenai kecerdikan beliau yang mempublikasikan tulisan-tulisan perjalanan masa lalu didalam blognya,. Hei, Herman Lantang punya blog, lho! Dibandingkan menulis buku, beliau malah mempublikasikannya melalui blog. Saya mengatakan bahwa ini adalah terobosan yang sangat cerdik dibandingkan dengan hanya sekedar menerbitkan buku. Dan tahukah Anda apa yang Opa jawab? Gue orangnya malas nulis, jadi gak nulis buku. Tapi, kumpulan tulisan di blognya lengkap sekali dan selalu di-update. Saat ini dunia telah banyak dipengaruhi oleh cybermedia. Dengan menuliskan dan menerbitkannya kembali di dunia maya, cerita inspiratif yang menemani perjalanan beliau ke seantero negeri bukan hanya akan dibaca oleh orang Indonesia, namun juga seluruh orang di dunia karena beberapa tulisan pun ada yang berbahasa Inggris.
Seperti siapapun yang mencintai kegiatan alam, saya pun salah satu yang mengagumi beliau. Yang perlu anda ketahui,talkshowini tak berakhir hingga lebih dari pukul 4.30 pagi. Beliau, Opa dan bang Sinar sama sekali tak kelihatan lelah, meskipun terus bercerita semalaman. Yang mengagumkan lagi, ingatan mereka tentang perjalanan-perjalanan masa lalu boleh diadu dengan ingatan pemuda masa kini.
Advertisement

Posted

in

by

Related Posts

Comments

One response to “40 tahun ekspedisi Puncak Jaya Mapala UI tahun 1972”

  1. mai fajar Avatar
    mai fajar

    …….. ketika mengingat yang sudah berlalu…… bagaikan terbangun dari mimpi..

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: