24 Maret 2012, sebuah kesempatan mengantarkan saya untuk menghadiri acara yang tertera pada judul di atas. Ekspedisi puncak Jaya merupakan suatu ekspedisi pertama yang dilakukan oleh kelopok pecinta alam di Indonesia, yang mengawali dilakukannya pendakian Cartenz Pyramid (Puncak Jaya Wijaya).
Beberapa orang yang mengawalinya, yang pada malam itu hadir di acara peringatan ini ialah Herman Lantang, Sinarmas Djati, Henry, Hadijoyo, Iqbal, dan mbak Retno. Selain dihadiri oleh para pioneer, hadir Bang Maman Abdurakhman yang dulu menjadi salah satu saksi sejarah kepergian Soe Hok Gie di Semeru. Hadir juga para Mapala Luar Biasa (MLB) lainnya, yakni seperti Mbak nessy yang menjadi ketua pelaksana bersama suaminya, mbak Ita Budi, bang Ichen, Bang Eri, mbak Grace, mbak Yuyun, bang Alex, dan lain-lainnya (saking banyaknya saya harus mengingat-ingat kembali supaya tidak salah ketik).
Selain itu diundang pula Mahitala Unpar, yakni Hafizh Sufnir yang menjabat sebagai ketua Mahitala UNPAR, Janatan Ginting salah seorang summiter yang menyelesaikan ekspedisi 7 summit pada 2011 lalu, Audy Tanhati yakni seorang yang biasa menjadi pembicara ISSEMU, dia bukan termasuk ke dalam empat orang tim yang menaiki puncak, tetapi masuk ke dalam tim support/publikasi di Indonesia yang memantau pendakian (tidak aneh jika bahkan dia terlihat seakan-akan memang ikut pendakian sewaktu mempresentasikan ekspedisi ini), serta dua anggota Mahitala lain Prilli dan Edo. Prilli ini satu-satunya Mahitala perempuan yang hadir di acara ini, ia berkuliah di Fisip HI angkatan 2010, sedangkan Edokuliah di jurusan Manajemen angkatan 2010. Mereka hadir untuk menceritakan pengalaman mereka mendaki 7 puncak dunia di depan para toku/Mapala Luar biasa kawakan. Rasanya pasti bangga sekali!
Berfoto seusai acara, foto ini diambil pada pagi di hari kedua. Tidak semua orang yang hadir masuk di dalam foto karena sudah ada banyak sekali yang pulang pada malam sebelumnya dan pagi harinya
Acaranya seru sekali. Kita mendengar bagaimana para senior Mapala terdahulu melakukan perjalanan mereka, dimulai saat persiapan hingga eksekusi di lapangan. Memang yang namanya ekspedisi tak ada yang main-main. Seluruhnya dilakukan dengan serius dan pantang menyerah.
Sekilas mengenai ekspedisi puncak Jaya ’72
Seperti yang sebelumnya telah saya jelaskan, ekspedisi puncak Jaya pada Februari 1972 ini merupakan ekspedisi pertama yang dilakukan oleh pemuda Indonesia ke pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya. berikut merupakan salah satu testimoni yang dibuat oleh pendaki senior Indonesia, Herman Lantang,
Saya sangat tersan ketika melakukan Pendakian yang pertama kepuncak Jaya, ini merupakan Ekspedisi pendobrak dan ekspedisi pertama Mapala UI ke Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya pada 1972. Pada waktu itu walaupun Rektor kami (Prof.Soemantri Brojonegoro) yang merangkap Menteri Pertambangan pada awalnya sempat khawatir, pasalnya beliau—yang pernah menyaksikan jajaran pegunungan Jaya wijaya dari helicopter—mengatakan betapa sukarnya gunung tsb didaki dan berisiko sangat tinggi. Tetapi karena kami berhasil meyakinkan beliau akhirnya kami diizinkan berangkat. Yang paling mengesankan buat saya adalah ketika perjalanan memasuki hari keempat. Dari tempat tsb kami dapat melihat dari kejauhan gumpalan salju pada Pegunungan Jaya wijaya. Spontan saya tidak dapat menahan cucuran air mata saya melihat hal tsb. Rasa haru dan bangga menyelimuti perasaaan kami semua. Apalagi ketika kami berhasil menggapai puncak yaitu : Puncak Jaya, Puncak Tengah (“Middle Peak”) dan Carstens Timur.– dikutip dari Suplemen Petualang GEMA, 31 Oktober 1995
Leave a Reply