#16 Anak-Anak Masa Lalu

2 minutes

image

Judul: Anak-anak Masa Lalu
Penulis: Damhuri Muhammad
Penerbit: Marjin Kiri
Tahun Cetak: 2015
Jenis: Paperback
ISBN 13: 9789791260466
Rating: 3,5/5

“Anak-Anak Masa Lalu” merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Damhuri Muhammad. Sebagian besar cerita di dalam buku ini sudah pernah dipublikasikan di berbagai media nasional selama kurun waktu 2009-2013.

Ada empat belas cerita pendek serta satu epilog di dalam buku ini. Seluruh cerita yang ditulis menjadikan pedesaan sebagai seting utama di setiap cerita-ceritanya, dimulai dari mitos-mitos yang diangkat, budaya berpikir hingga perilaku masyarakatnya. Buku dibuka dengan cerita berjudul “Reuni Dua Sejoli”, yakni yang menurut saya mengambil topik cinta yang tak sampai. Topik yang sama juga diangkat di dalam cerita “Dua rahasia, dua kematian” serta “Lelaki Ragi dan Perempuan Santan”, meskipun alasan tidak sampainya kasih di antara pasangan-pasangan tersebut diragamkan dengan bumbu ‘perjodohan’ serta ‘bibit-bebet-bobotnya’. Jika cinta yang tidak direstui tetap dipaksakan, “Ambai-ambai” serta “Orang-orang Larenjang” dapat menjadi saksi tertulis bagi mereka yang melanggar. Selain itu, penulis juga memasukkan tema-tema yang diangkat dari mitos pedesaan yang sempat ramai kira-kira sekitar tahun 60an. Mitos ritus pengorbanan kepala anak kecil untuk ditanam sebagai fondasi bangunan-bangunan tertuang dalam cerita “Anak-anak Masa Lalu” serta mitos manusia berkepala Anjing (serta sebaliknya) di dalam cerita “Tembiluk”. Ada pula tema terkait Korupsi yang disajikan di dalam cerpen “Rumah Amplop.” Kearifan masyarakat lokal pedesaan yang paling bermakna bagi saya tertuang di dalam kisah “Banun”, seorang wanita yang menjalani laku prihatin seumur hidupnya hingga ia dianggap sebagai seorang yang sangat kikir. Cerita-cerita di dalam buku ini sedikit banyak memang diakui penulis sering terinspirasi dari masa kecilnya ketika masih hidup di desa. Semuanya itu jelas terlihat dalam cerita “Luka Kecil di Jari Kelingking” dan “Kiduk Menggiring Bola.”

Saya sangat suka dengan gaya menulis Damhuri Muhammad, sangat ndeso. Menurut saya cerpen-cerpen di dalam buku ini nuansanya begitu sepi, kelam dan menyesakkan. Beberapa di dalamnya bahkan menurut saya sangat mengerikan 😅:'(. Beberapa cerita yang dikarang terinspirasi dari beberapa mitos yang pernah beliau dengar, terlebih mitos-mitos tersebut memgerikan. Bagi saya, mitos yang mengerikan menjadikan cerita tersebut berkali-kali lipat lebih menyeramkan dibandingkan cerita horor. Mungkin inilah penyebabnya saya memberi rating 3,5 pada buku ini. Saya terlalu lugu untuk bisa menjadikan mitos yang menyeramkan itu sebagai angin lalu. Well ya, Saya bukan penikmat cerita menyeramkan, meski sebenarnya punya kecenderungan untuk menikmati cerita-cerita yang pilu. Namun yang jelas perkenalan saya dengan buku cerpen ini membuat saya akan membaca karya-karya beliau lagi jika berkesempatan menemukan cerita yang beliau tulis ^^

Advertisement

Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: